Mendadak Kalasan
Pagi itu kami mendapat undangan menghadiri keramat menikah/pemberkatan di sebuah tempat ibadat di kawasan Bekasi Timur. Upacara dimulai terlambat, seharusnya pukul sepuluh namun pengantin tiba lima menit terlambat, dan ditambah beberapa menit untuk menenangkan dari emosi teringat ibunya yang telah meninggalkannya selama-lamanya.
Sembilan puluh menit - upacara selesai, perut rasanya sudah tingkat dewa - tuntutannya. Kebetulan panitia datang membawa kantong plastik besar. Kami bergembira, paling tidak ada akua pelepas lelah dan penambah fokus.
Jebule - kami kecele. Sebuah atraksi fatal, ketika dalam perhelatan, konsumsi tidak mencapai quota.
Menelan ludah menahan lapar, kendati mulut masam berkata peres "kami datang bukan untuk cari makan tetapi cari saudara". Perut tidak mendengar bahasa-bahasi tersebut.
Seorang bocah lelaki yang dibawa oleh orang tuanya - nampak gusar kepada orang tuanya.
"Ke Mal Ma!" katanya merajuk. Saya tidak menyalahkan bocah 6-7tahun. Kalau tadinya menyanyi "Baby Shark" dengan saya. Kini dia seperti Mobby Dick si Paus Penasaran. Ia pasti sudah tersiksa lapar.
Kamipun bergegas ke ke tempat parkir sekolah, dan kebetulan si Mobby Dick - berubah menjadi penari. Ia nandak-nandak karena acara menjemukan dan zonder konsumsi bisa segera ditinggalkan.
Belum terlalu jauh, kami melihat "Ayam Kalasan" dengan atraksi mirip Ayam Hongkong lantaran msakan digantung didinding kaca. Kendaraan saya belokkan. Dan nasi sepertinya nikmaaat sekali. Apalagi dengan gigitan ayam bakar Kalasan. Itu masakan terbaik dengan bumbu masak, lapar apalagi plus gusar.
Tetapi, pernyataan saya ini akan diuji ke wajah saya pada Desember mendatang.
Comments