PT Well Established
Satu tugas yang paling saya sukai adalah mencari lowongan pekerjaan untuk mudlogger, sekretaris sampai managerial. Rasanya seperti menolong orang yang membutuhkan, sekalipun ada yang membutuhkan kerja, ada pula yang membutuhkan tambahan uang dapur.
Rasanya ingin sekali merekrut sebanyak mungkin para sarjana yang cerdas, fresh tapi belum punya kesempatan merealisasikannya kemampuannya. Yang paling bikin ngelus dada adalah ketika "dulu lima tahun lalu" mewawancarai para ahli bor berarah Indonesia. Membayangkan "daily rate" mereka tidak kurang dari kisaran US $ 300-400 - sementara dollar sedang mengamuk di tahun 1997-1998, kalikan saja pendapatan ahli-ahli ini setelah di lapangan selama 20-30 hari. Ada yang 2 bulan di panteng di lapangan.
On top dari bonus tersebut mereka masih memperoleh basic salary yang tentunya besar juga. Tidak heran ketika mereka datang melamar, ada yang pakai New Eyes, Pajero dsb...
Untuk recruitment, harian Kompas terbitan SABTU dianggap prime-time untuk penayangan advertensi. Koran lain harus akui belum sampai pada level dipercaya sampai sedemikian rupa. Lalu untuk alamatnya dipakai kotak pos 7542 yang disewa dari kantor pos Cilandak.
Kalau hari Sabtu, iklan sudah masuk tayang, maka hari Selasa sampai seminggu seterusnya rata-rata 30 lamaran perhari masuk untuk di proses. Sambil membuka lamaran inilah saya sering menemukan surat nyeleneh. Walaupun tidak tertulis dalam iklan, lamaran diproses sampai sepuluh hari, lamaran yang terlambat datangnya langsung masuk kotak.... sampah.
1. Kepada Yth PT A Well Established Service Company
Ini contoh pembaca yang tidak teliti. Biasanya dalam pembukaan iklan saya mencantumkan A Well Established Oil Service Company (bukan nama Perusahaan), dan celakanya pencantuman "biar kelihatan gaya" ini disalah artikan sebagai nama perusahaan saya adalah PT A Well Established Oil Service Company.
2. Saya pernah mendapatkan tusuk gigi dengan bendera dari restoran SIZZLER, saya bolak-balik amplop kalau-kalau ada T-Bone Steak yang terlampir, ternyata tidak ditemukan. Apa pengirimnya kelupaan? Lantas apa pula hubungannya dengan melamar.
3. Penjepit kertas yang sudah berkarat sehingga membekas pada kertas lamarannya.
4. Surat lamaran yang tidak diberi tanda tangan sang pemilik, salah-salah nanti dikira yang memasukkan lamaran adalah ayahnya, bukan kemauan sang anak. Kalau saya adalah Jujur Prananto akan saya buat skrip filem dimana Nicolas Saputra "mengirimkan puisi" ke sekolahannya, padahal pak Bon yang mengirimkannya. Ketika NS dinyatakan menang dia tidak merasa jadi pemenang. Akibatnya Dian Sastro "kecangar" sewaktu berusaha mewawancarainya di ruang perpus. [dari filem AADC]
5. Suratnya komplit dengan semua attachment, alamat sang pengirim tidak disertakan.
6. Mengirimkan kartu nama sampai berlembar-lembar
7. Surat lamaran yang ditulis tangan, tetapi tanda tangan semua, habis tulisannya cakar ayam sampai-sampai disangka ini tulisan atau tanda tangan...
8. Yang sudah berpengalaman biasanya menyertakan Kompensasi yang mereka inginkan sehingga sang penyaring bisa memperkirakan apakah masuk bugjet atau tidak.
Sekalipun pagi-pagi sudah dibilang melamar pakai melalui kotak pos, tetapi ada juga seorang pelamar datang ke kantor ditemani Bapak, Ibu, Isteri dan anaknya. Yang belum kelihatan cuma "bibi-pengasuh anaknya"...
Melihat ijazah yang lulusan "full master" dari luar negeri sulit saya membayangkan bagaimana mungkin datang melamar di temani sanak keluarga.
Mudah-mudahan bisa sedikit membantu para calon pelamar kita dikemuidan hari...
++++++
Sak dhumuk Bathuk Senyari Bhumi (sudah nggak effek lagi sekarang)
Esa hilang dua terbilang sudah menjadi Esa Presiden Datang, dua pulau hilang.... Nasionalisme ternyata cuma tinggal masa lalu...
Apa kalau ada pulau terlantar berarti setiap negara boleh memilikinya?
++++++
Date: Thu Dec 19, 2002 3:08 pm
Rasanya ingin sekali merekrut sebanyak mungkin para sarjana yang cerdas, fresh tapi belum punya kesempatan merealisasikannya kemampuannya. Yang paling bikin ngelus dada adalah ketika "dulu lima tahun lalu" mewawancarai para ahli bor berarah Indonesia. Membayangkan "daily rate" mereka tidak kurang dari kisaran US $ 300-400 - sementara dollar sedang mengamuk di tahun 1997-1998, kalikan saja pendapatan ahli-ahli ini setelah di lapangan selama 20-30 hari. Ada yang 2 bulan di panteng di lapangan.
On top dari bonus tersebut mereka masih memperoleh basic salary yang tentunya besar juga. Tidak heran ketika mereka datang melamar, ada yang pakai New Eyes, Pajero dsb...
Untuk recruitment, harian Kompas terbitan SABTU dianggap prime-time untuk penayangan advertensi. Koran lain harus akui belum sampai pada level dipercaya sampai sedemikian rupa. Lalu untuk alamatnya dipakai kotak pos 7542 yang disewa dari kantor pos Cilandak.
Kalau hari Sabtu, iklan sudah masuk tayang, maka hari Selasa sampai seminggu seterusnya rata-rata 30 lamaran perhari masuk untuk di proses. Sambil membuka lamaran inilah saya sering menemukan surat nyeleneh. Walaupun tidak tertulis dalam iklan, lamaran diproses sampai sepuluh hari, lamaran yang terlambat datangnya langsung masuk kotak.... sampah.
1. Kepada Yth PT A Well Established Service Company
Ini contoh pembaca yang tidak teliti. Biasanya dalam pembukaan iklan saya mencantumkan A Well Established Oil Service Company (bukan nama Perusahaan), dan celakanya pencantuman "biar kelihatan gaya" ini disalah artikan sebagai nama perusahaan saya adalah PT A Well Established Oil Service Company.
2. Saya pernah mendapatkan tusuk gigi dengan bendera dari restoran SIZZLER, saya bolak-balik amplop kalau-kalau ada T-Bone Steak yang terlampir, ternyata tidak ditemukan. Apa pengirimnya kelupaan? Lantas apa pula hubungannya dengan melamar.
3. Penjepit kertas yang sudah berkarat sehingga membekas pada kertas lamarannya.
4. Surat lamaran yang tidak diberi tanda tangan sang pemilik, salah-salah nanti dikira yang memasukkan lamaran adalah ayahnya, bukan kemauan sang anak. Kalau saya adalah Jujur Prananto akan saya buat skrip filem dimana Nicolas Saputra "mengirimkan puisi" ke sekolahannya, padahal pak Bon yang mengirimkannya. Ketika NS dinyatakan menang dia tidak merasa jadi pemenang. Akibatnya Dian Sastro "kecangar" sewaktu berusaha mewawancarainya di ruang perpus. [dari filem AADC]
5. Suratnya komplit dengan semua attachment, alamat sang pengirim tidak disertakan.
6. Mengirimkan kartu nama sampai berlembar-lembar
7. Surat lamaran yang ditulis tangan, tetapi tanda tangan semua, habis tulisannya cakar ayam sampai-sampai disangka ini tulisan atau tanda tangan...
8. Yang sudah berpengalaman biasanya menyertakan Kompensasi yang mereka inginkan sehingga sang penyaring bisa memperkirakan apakah masuk bugjet atau tidak.
Sekalipun pagi-pagi sudah dibilang melamar pakai melalui kotak pos, tetapi ada juga seorang pelamar datang ke kantor ditemani Bapak, Ibu, Isteri dan anaknya. Yang belum kelihatan cuma "bibi-pengasuh anaknya"...
Melihat ijazah yang lulusan "full master" dari luar negeri sulit saya membayangkan bagaimana mungkin datang melamar di temani sanak keluarga.
Mudah-mudahan bisa sedikit membantu para calon pelamar kita dikemuidan hari...
++++++
Sak dhumuk Bathuk Senyari Bhumi (sudah nggak effek lagi sekarang)
Esa hilang dua terbilang sudah menjadi Esa Presiden Datang, dua pulau hilang.... Nasionalisme ternyata cuma tinggal masa lalu...
Apa kalau ada pulau terlantar berarti setiap negara boleh memilikinya?
++++++
Date: Thu Dec 19, 2002 3:08 pm
Comments