Kuning

Lebaran adalah pergantian bulan dari Ramadhan ke Syawal. Jaman dulu orang berpuasa ketika melihat bulan, lalu menghentikan puasanya ketika melihat bulan lagi. Kalau tidak bisa melihat bulan, ya dilakukan perhitungan 30 hari berpuasa. Dan berangkat dari titik antara melihat bulan bisa jadi timbul perbedaan antara beberapa orang elit.

Lebaran sering disebut juga "hari kemenangan" sebab menurut seorang Da'i yang logat suaranya sering diimitasi oleh pelawak KIWIL adalah hari penyerahan sertifikat "anti api neraka" bagi yang berhasil melaksanakan ibadah dengan baik. Sekaligus serah terima Akte "Pewaris Surga"

Mengamati keriaan menyambut hari kemenangan ini sepertinya tidak pernah berubah. Dari dulu yang terlihat dipermukaan adalah pengeras suara kelas "TOA", Beduk, Tong-tong, botol Aqua, kaleng cat atau apa saja ditabuh agar mengeluarkan irama yang religius, gembira, kadang seperti sedih.

Gembira karena tibanya hari kemenangan yang digambarkan oleh dalam puisi ahli Quran, "Seandainya besok aku bisa dilahirkan sebagai bayi.."
Sedih karena bulan penuh taubat harus berlalu. Bulan discount atas dosa sudah ditutup berhubung bulan Syawal telah tiba. Satu bulan yang kadang kedatangannya menimbulkan kontroversi sampai-sampai ada yang bilang "Satu Kabah Dua Syawal..."

Tapi lagi-lagi Dai kondang pada bilang, jangan jadikan perbedaan ini sebagai penyekat melainkan menjadi perekat antar umat. Amin.

Setelah mengikuti dengan seksama laporan pandangan mata dari MetroTv, SCTV dan media massa lainnya. Nampaknya pelabuhan Merak dan Bakauhuni masih adem ayem saja. Plus minusnya, Agum Gumelar sudah menunjukkan kinerjanya. Tadinya saya selalu gusar kalau terjadi kemacetan dimana-mana, para aparat bisanya bilang tahun depan kita akan membenahi agar lebih baik, dan tahun depan... seperti biasa kacauuu lagi. Tetapi setidaknya yang saya lihat, arus mudik kali ini terbilang 10-2,alias Aman dan Terkendali. Kecuali mobil box yang bikin gara-gara Dwipangga anjlok. Perkara mobil box, jadi ingat ulah sebuah mobil box, dan entah bagaimana supir yang lemah lembut dan santun, kalau parkir selalu menyalahi aturan (peraturannya parkir harus mundur, jadi kepala kendaraan menghadap keluar). Dan supir mobil box adalah satu-satunya pembelot di kawasan TB Simatupang Kav 51A.

Melihat suasananya mudik masih adem ayem, langsung saya tancap gas ke Lampung. Di kapal Rollro malahan MetroTV sempat-sempatnya mengambil sampel saya sedang lesehan diantara pemudik. Perkara masuk di Tv itu lain urusan. Karena saya pilih hari raya ikutan yang pak Agil yaitu Jumat 6/12/02 lalu sementara ayah saya memilih hari Kamis 5/12 maka baru lihat takbiran pada Kamis malamnya.

Cuaca di Bandar Lampung demikian cerah sehingga massa tumplek blek dijalanan rute yang dilalui konvoi takbiran.

Nampaknya teknologi takbir ini masih berkisar membawa beduk keatas truk terbuka, atap bis, atau pickup sewaan. Seperti tidak menghiraukan keselamatannya, para peserta dengan penuh semangat menabuh beduk yang rata-rata dibuat dari drum bekas oli yang mengalami beberapa modifikasi untuk mengikatkan kulit sapi sehingga terbentuk sebuah bedug. Sebagian duduk diatas atap bis...

Saya ingat dulu waktu kecil beberapa teman yang nabuh beduk semangat sekali biasanya ada yang malahan tidak puasa. Sekarang mestinya sudah lain.

Disepanjang jalan polisi melakukan pagar betis sepanjang jalur konvoi untuk mengamankan jalannya keriaan tersebut. Polisi-polisi ini konon tidak ada satupun yang mengambil cuti. Apalagi di Sulawesi terdengar ada ledakan.

KUNING

Ketika sedang menikmati lantunan takbir ini telinga mendengar "slengekan" dari satu satu rombongan yang memukul beduk dengan irama cepat, seraya mengubah irama takbir menjadi yel-yel "kuning, kuning, kuning" dengan irama ala Bengkel Ijo-nya rokok Sampurna. Padahal pemilu masih setahun sudah ada usaha-usaha kampanye partai kuning?
Memang sih, secara kasat mata, partai Kuning ini paling getol dan kedot menggalang massa. Tapi kok Raja-Tega bener sih alih-alih dari ajakan masuk surga jadi masuk partai?

Roman-romannya para anggota rombongan BEDUG yang rata-rata anak muda ini melintas diantara kerumuman penonton yang diantaranya terdapat cewek berkaos ketat warna kuning, spontan mereka menggoda dengan yel Kuning Kuning.. Ada-ada saja ulah anak muda ini. Ini sih bukan urusan Hormon yang punya gawe...

Satu yang patut diacungi jempol. Tidak satu suara petasanpun terdengar.

Sementara berita aspek "safety" adalah terjadinya kebakaran di Lampung lantaran gara-gara ada anak kos menjerang air dan lupa ditinggal menonton takbiran. Kompor meledug lantaran minyaknya kering dan membakar rumah kos-kosan mereka dan merambat ke tempat lain.

Hari kedua, saya saya balik ke Jakarta, nah kali ini dapat Kapal Penyebrangan Jatra, dan ditawari ruang ber AC dengan tambahan Rp 5000/kepala. Ongkos menyeberang dengan 4 kepala adalah Rp. 100.000 jadi pulang pergi harus menyisihkan uang sekitar Rp. 200.000 plus biaya tol Rp. 25.000 (pergi pulang). Total diluar bensin ya Rp. 250.000

Mbak penjual karcis tanya mau Lesehan atau Duduk?, ya betul kalau lesehan anda bisa tiduran meluruskan kaki, yang duduk ya tegak sambil nonton Video. Saya pilih duduk di kursi yang didesign agak longgar mirip bar, dan ada resto kecilnya. Seperti sudah tradisi setiap di kapal kok nggak bosan-bosannya saya memesan "POP MIE" dan tidak
bosan-bosannya cerita kepada keluarga saya, bagaimana sejarah Mie Instant diciptakan oleh seorang Jepang yang bekas Napi, dan kenapa ada garpu, bukannya sumpit. Maksudku, menanamkan jiwa "enterpreneur" jangan sampai mereka punya pemeo, sendiri main gitar, berdua main catur- melainkan "sendiri ciptakan Mie Instant, berempat bikin pabrik NISSIN."

Cita-citaku....

Tiba di rumah, tidak terasa capek sama sekali kecuali ya mengantuk. Selesailah sudah rangkaian "acara" menyambut lebaran. Dalam kesempatan yang berbahagia ini sekalian menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekan yang mengirimkan SMS kepada saya, sungguh
mengharukan menerima SMS disaat yang fitri begini.

Happy Ied Mubarak 1423H.

Date: Wed Dec 11, 2002 1:25 pm

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa