Dawet tak berdawai
Sejek-bujek dari kecil minuman yang bernama dawet alias cendol sudah seperti “default”, maksudnya begitu bangun tidur diajak bicara soal makanan, maka jawaban yang tersedia hanyalah “cendol”. Bahkan untuk mengisi kolom pengingat kata sandi pada email semacam Yahoo atau Gmail saya memilih minuman favorit sebagai "dawet tak berdawat." Apalagi dibanding BBM, tarifnya relatif flat. Dua ribu segelas. Begitu spesialnya sampai-sampai kalau sedang perjalanan keluar kota lalu melihat penjual dawet di pinggir jalan, saya niat banget meminggirkan kendaraan demi segelas minuman bersantan. Akibatnya funatic dawet saya tidak membedakan kasta dawet, selama masih dalam jangkauan telpon selular dan Tilpun rumah maka dawet dipandang sebagai minuman yang enak atau enak banget. Kalau sudah melihat dawet “tumpuk-undung” licin, dengan warna hijau beraroma pandan wangi, ditingkahi sepuhan coklat dan putihnya santan kelapa bak sapuan kuas pelukis. Dengan kombinasi warna saling isi mengisi ke