Listrik Padam ATM bablas
Date: Wed Jul 17, 2002 10:43 am
Pada Sabtu 13 Juli 2002, sekitar pukul 10.34, saya menarik sejumlah uang tunai di anjungan ATM BCA Kantor Cabang Pembantu Jalan Pangeran Mangkubumi. Yogyakarta. Maksudnya, lepas dari ambil uang, bisa ikutan ngantri tiket Kereta Api balik ke Jakarta. Klop dan sangat terorganisir. Jadi bisa menyusun acara sepadat-padatnya di Yogya.
Dari dalam anjungan terdengar suara desiran halus yang khas pertanda uang kertas sedang dihitung oleh mesin, mendadak sontak layar gelap akibat aliran listrik padam, termasuk ATM BCA. Ini Celaka-12 pas namanya sebab kartu ATM BCA saya ikut tertelan oleh mesin. Celaka 12 Plusnya, saya tidak banyak cash di kantong, sementara semua pelayanan reservasi
Kereta Api harus Cash and Ngantri...
Langsung pelbagai kemungkinan buruk harus diantisipasi. Jangan-jangan uangku sudah terdebit padahal belum sesenpun diambil, mungkin kartunya dan uangnya diambil oleh orang lain bertepatan dengan listrik menyala kembali dan saya tidak berada disana. Keadaan saya persis seperti kiper bola yang menghadapi tendangan pinalti 12 pas. Menduga-duga bola akan ditendang ke rusuk kiri, kekanan, ke bawah atau membentur gawang. Yang terakhir doanya ya membentur gawang. Atau enakan saya menjadi Oliver Kahn biar jago dalam menangkap bola dari Algojo lawan.
Saya minta pertolongan Satpam yang bertugas Sabtu pagi itu yaitu bapak SUYONO yang lalu saya catat nomor tilpunnya (0274) 566726. Berhubung hari kejadian adalah Sabtu dimana kantor BCA libur, ia mencatat nama saya dan menurutnya ada petugas piket BCA yang datang mengisi ulang ATM. Cuman kapan datangnya pak piket, persis seperti ngeramal sekor pertandingan bola. Bisa jam 1,2,3,4, atau anytime.
Sesuai anjuran bapak Suyono saya melaporkan hal ini kepada BCA Kantor Pusat- di jalan Sudirman, Yogyakarta yang (lagi-lagi) ditemui oleh seorang Satpam. Disini saya melihat ada dua orang yang melaporkan hal yang sama yaitu ATM tertelan saat listrik padam. Didalam laci penjagaan BCA pusat saya sempat melihat ada 4 kartu ATM yang tertinggal oleh peristiwa yang hampir sama, yaitu listrik padam pada kejadian yang sebelum saya.
Saya juga menilpun kepada Halo-BCA Jakarta yang ditanggapi oleh sdr. Fitra (?). Sarannya ya ditunggu sampai hari Senin atau membuat laporan agar ATM saya bisa dikirim ke Jakarta. Simpel, tetapi kalau diikuti ada 48 jam terbuang untuk urusan yang harusnya sangat sederhana.
Jam 15:00, saya menilpun bapak Suyono dan ATM yang tertelan sudah berhasil diperoleh kembali. Saya meninggalkan fotocopy KTP saya untuk menjadi bukti. Kelihatannya uang saya tidak jadi terdebet. Tapi acara lain terpaksa dengan sangat menyetzal di kenzel-zel.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa pihak BCA tidak menyediakan fasilitas semacam baterai Power Cadangan (UPS) sehingga seandainya terjadi gangguan jaringan listrik, para nasabah bisa terlindungi sehingga kejadian yang saya alami tidak terjadi.
Mudah-mudahan keluhan ini menjadi bahan pertimbangan pihak BCA, sebab selama bertahun-tahun saya amat sangat percaya kepada pelayanan BCA, dan tidak pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan.
Atau ini akibat penjualan BCA kepada pihak lain sehingga pelayanan terhadap nasabah sudah menurun? Lha wong kejadiannya sudah sering dan kerap terjadi Je'. Atau karena sudah sering jadi dianggap peristiwa biasa.
Pada Sabtu 13 Juli 2002, sekitar pukul 10.34, saya menarik sejumlah uang tunai di anjungan ATM BCA Kantor Cabang Pembantu Jalan Pangeran Mangkubumi. Yogyakarta. Maksudnya, lepas dari ambil uang, bisa ikutan ngantri tiket Kereta Api balik ke Jakarta. Klop dan sangat terorganisir. Jadi bisa menyusun acara sepadat-padatnya di Yogya.
Dari dalam anjungan terdengar suara desiran halus yang khas pertanda uang kertas sedang dihitung oleh mesin, mendadak sontak layar gelap akibat aliran listrik padam, termasuk ATM BCA. Ini Celaka-12 pas namanya sebab kartu ATM BCA saya ikut tertelan oleh mesin. Celaka 12 Plusnya, saya tidak banyak cash di kantong, sementara semua pelayanan reservasi
Kereta Api harus Cash and Ngantri...
Langsung pelbagai kemungkinan buruk harus diantisipasi. Jangan-jangan uangku sudah terdebit padahal belum sesenpun diambil, mungkin kartunya dan uangnya diambil oleh orang lain bertepatan dengan listrik menyala kembali dan saya tidak berada disana. Keadaan saya persis seperti kiper bola yang menghadapi tendangan pinalti 12 pas. Menduga-duga bola akan ditendang ke rusuk kiri, kekanan, ke bawah atau membentur gawang. Yang terakhir doanya ya membentur gawang. Atau enakan saya menjadi Oliver Kahn biar jago dalam menangkap bola dari Algojo lawan.
Saya minta pertolongan Satpam yang bertugas Sabtu pagi itu yaitu bapak SUYONO yang lalu saya catat nomor tilpunnya (0274) 566726. Berhubung hari kejadian adalah Sabtu dimana kantor BCA libur, ia mencatat nama saya dan menurutnya ada petugas piket BCA yang datang mengisi ulang ATM. Cuman kapan datangnya pak piket, persis seperti ngeramal sekor pertandingan bola. Bisa jam 1,2,3,4, atau anytime.
Sesuai anjuran bapak Suyono saya melaporkan hal ini kepada BCA Kantor Pusat- di jalan Sudirman, Yogyakarta yang (lagi-lagi) ditemui oleh seorang Satpam. Disini saya melihat ada dua orang yang melaporkan hal yang sama yaitu ATM tertelan saat listrik padam. Didalam laci penjagaan BCA pusat saya sempat melihat ada 4 kartu ATM yang tertinggal oleh peristiwa yang hampir sama, yaitu listrik padam pada kejadian yang sebelum saya.
Saya juga menilpun kepada Halo-BCA Jakarta yang ditanggapi oleh sdr. Fitra (?). Sarannya ya ditunggu sampai hari Senin atau membuat laporan agar ATM saya bisa dikirim ke Jakarta. Simpel, tetapi kalau diikuti ada 48 jam terbuang untuk urusan yang harusnya sangat sederhana.
Jam 15:00, saya menilpun bapak Suyono dan ATM yang tertelan sudah berhasil diperoleh kembali. Saya meninggalkan fotocopy KTP saya untuk menjadi bukti. Kelihatannya uang saya tidak jadi terdebet. Tapi acara lain terpaksa dengan sangat menyetzal di kenzel-zel.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa pihak BCA tidak menyediakan fasilitas semacam baterai Power Cadangan (UPS) sehingga seandainya terjadi gangguan jaringan listrik, para nasabah bisa terlindungi sehingga kejadian yang saya alami tidak terjadi.
Mudah-mudahan keluhan ini menjadi bahan pertimbangan pihak BCA, sebab selama bertahun-tahun saya amat sangat percaya kepada pelayanan BCA, dan tidak pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan.
Atau ini akibat penjualan BCA kepada pihak lain sehingga pelayanan terhadap nasabah sudah menurun? Lha wong kejadiannya sudah sering dan kerap terjadi Je'. Atau karena sudah sering jadi dianggap peristiwa biasa.
Comments