Dikira Gay di London

Suatu ketika kesampaian juga cita-cita saya pergi ke Eropa, salah satunya adalah melihat Kota London. Karena saat tiba hari sudah malam dan saya mengalami jetlag, maka jalan-jalannya diputuskan keesokan harinya. Apalagi besok itu hari Minggu. Pasti toko-toko ramai, pikir saya.
Rupanya saya kecele. Pertokoan sepi-sepi saja karena sebagian besar tutup. Yang buka cuma toko cenderamata. Konon toko yang bukahari Minggu harus bayar pajak lebih besar, itulah sebabnya banyak yang memilih tidak berjualan di hari itu.

Namun, saya masih menemukan sebuah toko sepatu yang khusus menjual sepatu merek terkenal. Mereka sedang obral. Kesempatan ini saya manfaatkan benar, lebih-lebih yang diobral rata-rata sepatu yang ukurannya besar atau kekecilan untuk ukuran Eropa, tapi pas untuk ukuran Asia.

Maka tak heran saat berada di bagian sepatu wanita, pikiran saya langsung teringat istri nun jauh di tanah air. Sayang, saya tidak pernah menanyakan ukuran sepatunya. Tapi apa salahnya main kira-kira. Saya mengambil sepatu berhak tinggi sambil tersenyum membayangkan si-dia menggunakannya.

Tiba-tiba seorang pria tersenyum sambil mengatakan "Dear, sepatu itu terlalu kecil untukmu. Saya bantu ambilkan yang pas, ya."

Adat orang Timur yang ramah memaksa saya tersenyum ramah. Tetapi, alamak, senyum pria itu saya perhatikan seperti senyum kalau saya bertemu gadis idaman saya!. Istilah Jakartanya di-imut-imutin. Tanpa menoleh lagi, bergegas saya tinggalkan toko itu. Khawatir diikutin.[mimbar]

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa