Posts

Showing posts from June, 2007

Rabat

Adik-adik perempuan saya memang pemburu pameran dan diskon, telinga, mata dan tentu saja kaki mereka seperti melayang apabila mendengar kata mujarab "potongan harga," "kesempatan terbatas," - menghemat uang tak seberapa, menggenjot waktu berjam-jam bagi mereka adalah hiburan tersendiri. Kadang kami diuntungkan dengan para FBI perdiskonan ini. Berbeda dengan saya, justru sama sekali kehilangan gairah untuk mendatangi keramaian semacam itu sebab kata-kata keramat "diskon, korting, rabat" yang dimuat dalam koran, atau media elektronik lainnya kenyataannya sering berlawanan saat transaksi benar-benar akan dilakukan. Masih segar dalam ingatan saat badan masih membujur tidur, saya sudah dikejutkan ledakan suara, ada TV 20 inci dijual cuma 250ribu rupiah. Mumpung hari pertama, mumpung persediaan masih cukup. Pendeknya segala aji mumpung dilantunkan disini. Akhirnya dengan perasaan malas namun tetap ada setitik harapan, kami menuju Senayan, untuk dikecewakan bahw

Gelas Anggur Merah Yang Memabukkan

Malam itu cuaca kota Perth masih membangkitkan gairah api ngilu di lutut saya seakan kapsul suplemen Glukosamin seperti sudah tidak mempu menahan dinginnya udara yang menurut siaran radio yang disetel dalam Taxi Swan mencapai 18 derajat selsius. Yang repot, tiupan angin kencang membuat muka seperti dikaploki pasukan Jepang satu peleton. Serius, bibir saya sempat berdarah karena panas dalam. Maka tak heran ketika teman sebangku di pesawat, seorang Akuntan asal Tirtodipuran Yogyakarta, Nona Andrianto, yang datang 1875 mil dari Perth untuk menghadiri pernikahan familinya di Jakarta, meminta segelas Anggur Merah. Apalagi ia memilih menu masakan ikan sehingga wajar kalau ditemani segelas Anggur untuk menghilangkan rasa amis pada masakan. Dengan sigap dan profesional sang pramugari menuangkan botol anggur, lalu berlalu melayani penumpang dibelakang kami. Selesai makan malam, kulirik mbak Andri mengunyah permen karet sambil siap-siap membaca buku saku. Lalu saya iseng bilang, “ anda yang mi

Detektip Patah Tulang Logam

Image
Seperti ingin mendukung deklarasi sementara orang menyebut negeri sebagai SuperMarket Bencana, maka kecelakaan kereta angkasa yang disebut “Gondola” ikutan menambah daftar panjang kecelakan ini. Menurut Warta Kota, Jumat 8 Juni 2007, sore sekitar pukul 15, dua petugas pembersih kaca menggunakan kereta awang-awang diketinggian 20meter. Cuma kali ini mas IR dan PN lebih berhati-hati dengan menggunakan sabuk pengaman yang diikatkan pada gondola. Harap maklum, masih segar dalam ingatan mereka sehari sebelumnya pada Kamis 7 Juni 2007, dua nyawa meregang karena jatuh bebas dari steger yang ambruk. Saat asik bekerja, tiba-tiba kabel Gondola yang yang berada pada lantai empat gedung Pacific Palace di kawasan SCBD Jakarta Selatan tersebut putus pada bagian kabel penggantung sebelah kiri. Sambil bergelantungan pada sabuk pengaman yang dikenakan. Mereka melepas sepatu boot untuk memecahkan kaca gedung sehingga nyawa mereka berdua terselamatkan. Lalu muncul semacam spekulasi bahwa tiupan an

STOP!

Image
“ Menu makanan jangan sayur bekas makan malam yang dihangatkan kembali ” “ Ada orang menuruni tangga tanpa berpegangan ” “ Ada yang mengelas tanpa didampingi seorang pendamping ” “ Saya melihat pekerja menggunakan kursi sebagai pengganti tangga untuk meraih benda dari ketinggian tertentu .” “ Kabel sling baja yang dipakai mengikat pipa sudah harus diuji ulang sebulan lagi.. ” Inilah isi dari surat-surat “Tromol Pos” Rig Pengeboran yang selalu hangat dan terus menerus dibacakan pagi, siang dan malam. Sehari kadang dibacakan sampai limapuluh surat sehingga harus dipilih yang sesuai dengan topik. “Kotak Pengaduan” yang memang disediakan hampir di setiap Rig Pengeboran. Formulir kecil diberi judul “STOP” ditumpuk ditempat-tempat strategis sehingga setiap saat mudah diraih untuk diisi. Para pekerja pengeboran dilatih peka terhadap keselamatan kerja. Setiap orang berhak menyetop sebuah proyek atau pekerjaan bilamana dirasakan membahayakan keselamatan dirinya atau teman lain. Bahkan kami waji

Es Potong

Image
Anak saya pada hapal kelakuan bapaknya. Setiap kali kami berada entah di di Orchard Road atau Geylang atau mana saja di Singapura, lalu melintas di depan pedagang es-potong, tak ayal lagi bapaknya akan berhenti, mengeluarkan satu dollar dan berjalan sambil "nyecepi" menyedot es potong yang digencet dengan roti tawar. Yang mereka tidak mengerti adalah ketika 1981, saat pertama kali dipanggil ke Singapura untuk menjalani pelatihan, belum pernah berbahasa Inggris secara aktip, menjadi kagok ketika harus mendengar dialog Inggris ala Singapura. Dan lebih penting lagi, sekok (shock) budaya dan harga mengingat harga makanan di Singapura kalau di kurs dengan rupiah kita menjadi teramat tidak masuk akal mahalnya. Tatkala perut mulai lapar, sekalipun saat itu mendapat uang saku sebesar 20 dollar perhari, maka dua potong eskrim berlapis roti tawar sudah cukup menangsel perut. Apalagi tujuannya menghemat, agar bisa untuk membeli oleh-oleh untuk anak-anak yang waktu itu masih balita. Apal

Di Dili berlaku Naik Bayar Turun Gratis

Umumnya kita mengenal slogan di warung rokok seperti " Hari ini bayar, besok boleh hutang ," yang intinya tidak menerima transaksi secara kredit. Namun di Dili, sejak harga BBM dinaikkan menjadi hampir US $1 per liternya, maka para supir Angkot mulai resah dengan kebiasan nakal para penumpang. Padahal tarip Angkot tetap sama yaitu rata-rata pelajar dikenakan 10 sen dan umum dikenai tarif 20sen, tetapi saat turun, penumpang nakal mulai mengeluarkan uang 50 sampai 100 dollar sehingga para " konjak " - kondektur tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka tidak bisa mengembalikan uang sebanyak itu kepada penumpang satu persatu. Inilah yang membuat direktur transportasi Basilio M. X. Texeira mengubah pola pembayaran menjadi " Naik Harus Bayar, Turun Boleh Gratis .." Sebelumnya pengguna jasa angkutan umum membayar jasa pelayanannya setelah turun, namun dengan pola baru ini pengguna jasa membayar dulu sebelum naik. Angkutan umum seperti mikrolet beberapa hari ini m

Hercules Anak TL Jadi Raja Preman di Jakarta

SETELAH Komandan Polisi Militer (PM) Mayor Alfredo Alves Reinado muncul di Metro TV dalam program Kick Andy pada 24 dan 27 Mei lalu, Minggu (10/6) lalu, dalam program yang sama muncul Hercules Rosario de Marshal. Dua-duanya adalah putra kelahiran Timor Leste (TL), yang menjadi TBO (Tenaga Bantuan Operasi) TNI di Timor Timur (Timtim) saat pergolakan dulu. Bedanya, Alfredo menjadi tentara, Hercules menjadi raja preman di Jakarta, ibu kota negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Barangkali bagi warga TL yang sempat menonton tayangan Hercules dalam program Kick Andy, Minggu (10/6) lalu, mengenal lebih jauh sepak terjang seorang Hercules. Rasanya tidak percaya Hercules preman yang paling ditakuti, setidaknya di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Badannya kurus. Hanya tangan kirinya yang berfungsi dengan baik. Sedangkan tangan kananya sebatas siku menggunakan tangan palsu. Sementara bola mata kanannya sudah digantikan dengan bola mata buatan. Tapi setiap kal

Naik Naik ke Puncak Menara Tinggi Seali

Image
Saya ajak anda naik ke menara bor melihat dari ketinggian 30 meter tempat kedudukan manusia laba-laba bercokol. Saya sebut manusia laba-laba lantaran pekerjaannya bergelantungan di kaki menara. Dengan bergelantungan disini sang laba-laba bisa mengawasi sekeliling, tentu manusia pilihan yang mampu mengerjakan pekerjaan dengan mata setajam elang, kaki lincah sekuat Bruce Lee, tenaga bak pegulat Sumo. Di kanan laba-laba berdiri tegak jajaran " galah besi " yang panjangnya rata-rata 30 meter dan berdiamater 13cm. Batangan galah besi ini disebut pipa bor (DP). Disebelah kiri manusia laba-laba ada pipa yang lebih besar dan bentuknya mengulir dinamakan pipa setang berat (DC). Sengaja pipa berdiamater 20cm ini dibuat berspiral, maksudnya agar bisa keluar masuk bergesek dengan dinding lubang bor sambil " bersih-bersih " dinding lubang sekalipun tugas utamanya adalah agar mempertahankan perkakas bor tidak " lepay " alias bisa tetap terus "ON" tanpa bantuan

Mayor Alfredo di Metro TV

Mayor Alfredo di MetroTV Senin, 11-06-2007 14:12:10 oleh: Mimbar Saputro Kanal: Peristiwa Perdana Menteri Timor Leste (TL) Estanislau Alixo da Silva seperti merasa tertampar, Mayor Alfredo, sang mimpi buruk bagi Xanana, Horta dan dirinya yang sudah dihujani tembakan senjata berat, panser sampai membunuh empat pengawalnya, dicari dimana-mana, ternyata muncul selama satu jam penuh pada Kamis 24 Mei di acaranya Andy Noya. Dan diulangi lagi pada Minggu 27 Mei 2007 yang disaksikan oleh rakyat Timor Leste. Dalam wawancara dari satu tempat "yang sangat dirahasiakan", Mayor Marinir didikan Australia ini merasa geram karena dihianati oleh Xanana. Ketika dihimbau turun gunung, katanya ia akan dibebaskan dari tuduhan, setelah semua senjata diserahkan ia masih di penjara. Untung anak buah yang setia membebaskannya dua bulan kemudian. Sejak itu perintah Kay (nama panggilan Xanana) adalah tangkap hidup atau mati. Yang membuat Perdana Mentri da Silva masygul adalah "Alfredo menuding b

Menjadi Raja Minyak (bukan dari Sipirok)

Sejarah industri minyak dan gas bumi di Indonesia sebenarnya telah dimulai pada awal abad ke 20, yaitu sewaktu masih jaman penjajahan Belanda. Pada waktu itu ada beberapa perusahaan minyak Belanda, antara lain Royal Dutch - BPM, NKPM, SVPM, Shell ..dsb. yang melakukan pengeboran ratusan sumur eksplorasi dangkal didaratan Sumatra dan Jawa Almarhum - Kapling ala "nego langsung" Katakan anda berniat menjadi "Raja Minyak" Indonesia dengan dukungan uang yang sangat kuat. Pertanyaannya adalah mencari "ladang yang akan digarap," istilahnya memiliki konsesi wilayah kerja pertambangan minyak. Anda bisa memiliki satu konsesi atau banyak konsensi semua bsa di atur. Dulu waktu Pertamina sedang " jaya-jayanya ", BUMN ini yang menjadi super market ladang minyak dengan cara "Nego Langsung," yaitu menyatakan hasrat melamar daerah yang anda taksir tentunya yang belum menjadi milik orang. Atau daerah yang sudah di tawarkan namun belum ada peminatnya. Moh

Dokumen 141

Canberra geger!. Selama ini mereka menyangka setelah dibantu bebas dari Indonesia maka negara Timor Timur akan menjadi anak mami yang menurut nasehat pengasuhnya. Apalagi tak sedikit biaya dikeluarkan untuk keamanan negeri kecil ini. Dalam tahun pajak sekarang, tak kurang 750 juta dollar dikucurkan Australia untuk keamanan negeri yang setelah merdeka malahan carut marut dilanda perang suku. Kini gonjang-ganjing baru saat ditemukan dokumen yang bakalan tidak berkenan dihati Canberra. Dokumen setebal 141 halaman menyebut bahwa uang hasil minyak bumi yang melimpah dibumi Timor Timur sebaiknya dibelikan senjata, dibelikan kapal laut yang dipersenjatai rudal agar dapat menghalau musuh yang mengganggu kedaulatan negara mencuri ikannya dan melakukan penyelundupan. Penyusunnya diduga penasehat dari Portugis dan Malaysia. Melihat rencana sepuluh tahun kedepan, maka dapat dimengerti bahwa Presiden Ramos Horta sudah membaca laporan tersebut. Yang lebih mengagetkan lagi, penulis merekomendasikan a

Kembali ke lubang lama

Image
Hari ini suasana kapal lain dari biasanya. Pintu kamar, lemari, laci seperti ada kekuatan gaib yang membuka menutup sendiri, air dalam kloset yang biasanya bisu kecuali dipergunakan, tiba-tiba mengeluarkan suara seperti letupan kecil. Lalu tempat tidur mulai digoyang kesana kemari. Dari luar, suara gemuruh teriakan rantai kapal beradu dengan roda pemutar semakin gaduh dan menggoncangkan kapal. Inilah saat penting ketika ponton mulai dinaikkan dari semula tidur 10 meter dibawah permukaan laut, mereka sekarang boleh menghirup udara bebas. Namun saya kehilangan sensasi bau anyir kerang laut yang menempel di dasar kaki rig. Pasalnya udara musim dingin kota Karratha dan angin laut yang keras membuat sang bau yang dinantikan tidakkunjung datang. Artinya satu ritual terlewati. Tatkala jangkar perlahan seperti malas untuk beringsut dari tidur lamanya kedalaman 300 meter, maka saat itulah kami bersiap-siap untuk pindah ke lokasi lain. Dua buah kapal tunda diperlukan untuk menarik "perahu&

Mengaku Dosa di Kereta Senja Utama

Masa sekolah dulu saya menggunakan kereta Senja Utama Jakarta-Yogya, dari stasiun Gambir yang masih belum semegah sekarang. Entah apa yang dimaksud Utama di sini, mungkin utama dalam berdesakan, atau utama dalam memberikan pelayanan extra terhadap penumpang. Janjinya berangkat jam 6 senja, diberi extra menjadi jam 21 malam. Sekalipun demikian untuk generasi yang masih mengalami naik sepur "kluthuk" dari Yogya, Magelang, Ambarawa, Semarang dengan bonus abu arang batu melekat di baju, kadang berlubang kecipratan lelatu hasil pembakaran mesin ketel uap yang terbang bersama angin. Maka pantas saja kereta bermesin diesel diberi julukan Utama. Duduk didepan saya seorang bapak sudah berusia di atas lima puluhan, lalu membawa seorang ibu muda berkulit terang, dan anak bayi berusia dalam bulanan sehingga masih menetek ibunya. Karena kereta jengglang-jenggleng mendadak berhenti menunggu "pruisan" dengan kereta lebih mewah lainnya (dulu BIMA), atau ada kereta lain yang langsir