Posts

Showing posts from April, 2006

Dawet tak berdawai

Sejek-bujek dari kecil minuman yang bernama dawet alias cendol sudah seperti “default”, maksudnya begitu bangun tidur diajak bicara soal makanan, maka jawaban yang tersedia hanyalah “cendol”. Bahkan untuk mengisi kolom pengingat kata sandi pada email semacam Yahoo atau Gmail saya memilih minuman favorit sebagai "dawet tak berdawat." Apalagi dibanding BBM, tarifnya relatif flat. Dua ribu segelas. Begitu spesialnya sampai-sampai kalau sedang perjalanan keluar kota lalu melihat penjual dawet di pinggir jalan, saya niat banget meminggirkan kendaraan demi segelas minuman bersantan. Akibatnya funatic dawet saya tidak membedakan kasta dawet, selama masih dalam jangkauan telpon selular dan Tilpun rumah maka dawet dipandang sebagai minuman yang enak atau enak banget. Kalau sudah melihat dawet “tumpuk-undung” licin, dengan warna hijau beraroma pandan wangi, ditingkahi sepuhan coklat dan putihnya santan kelapa bak sapuan kuas pelukis. Dengan kombinasi warna saling isi mengisi ke

Legalisasi Passport... ndak ada itu!

Tiba-tiba saya mendapat email dari Jim McLeod (PNG Coordinator) yang mengatakan saya untuk sementara pindah ke PNG. Lalu dia mengatakan bahwa segera urus Visa di Kedubes PNG Jakarta. Orang ini yang delapan bulan lalu mengatakan tidak usah urus Visa ke PNG sebab saya tetap di Australia. Terang saja kedubes PNG di Sudirman No 1 Jakarta, rada berang sebab ijin kerja sudah diberikan kok tidak diambil. Singkat kata, Visa PNG berhasil diambil tanpa mengeluarkan satu Kina- pun, tapi dalam emailnya Jim mengatakan urusan Visa ke Australia adalah priority. Saat itu urusan saya tinggal melegalisir basah copy Passport ke Imigrasi lalu semua dokumen dikirim ke Agen Imigrasi di Perth.. Tetapi Kamis 30 Maret 2006 adalah perayaan Omed-Omedan . Lalu saya datang pada keesokan harinya Jumat 31 Maret, dan ternyata liburan di Imigrasi juga diperpanjang seperti layaknya lembaga di Indonesia. Tanggal 3 April 2006 saya datang pagi-pagi dari Bekasi ke Imigrasi di PostWeg (jalan Pos), Jakarta Pusat, j

Trio Kwek Kwek van Rawabogo

Image
Azan subuh sebentar lagi berkumandang berkumandang. Namun suara katak, jangkrik dan serangga penghuni rawa dingin yang saling bersahutan mengisi pagi. Kabutpun masih menyelimuti puncak pepohonan pisang dan singkong penduduk. Hujan semalaman membuat tanah merah nampak lembek dan rawa mulai tergenang sehingga bibir air menyapu bangunan sangat sederhana dipinggiran rawa yang dijadikan rumah kontrakan. Pura-puranya kamera bergerak mendekati mendekati sebuah rumah berpenghuni tiga anak. Ada kabut lain, tipis mengepul dari halaman depan. Perempuan berambut panjang sesekali menyibakkan rambut ekor kudanya yang menjuntai menutupi wajahnya. Ia sedang mengaduk adonan tepung beras, mempersiapkan penganan berupa kue cucur dan serabi untuk dijual ke warung-warung sekitarnya. Sepotong kue dilepas 1200 rupiah sementara pihak warung menjualnya 1500 rupiah. Mahalnya minyak tanah menyebabkan mereka beralih ke ranting dan kayu bakar untuk memasak. Yang menguntungkan, bahan bakar tersebut tersedia cukup m