Bakauheni

Pertama saya mencatat nama BAKAUHENI demikian nama pelabuhan diujung timur pulau Sumatera ini. Dulu waktu saya kecil, kami menamakannya BAKAHUNI seperti layaknya logat orang Lampung menyebut namanya. Tapi belakangan ini saya binun sebab seperti sudah legitimasi dan konstitusi namanya menjadi BAKAUHENI.

Cara penulisan demikian lama-lama akan membingungkan, PEKANBARU atau PAKANBARU ? MANADO atau MENADO ? - selalu ditulis terbolak terbalik.

Ada sebulan ini pelabuhan Merak dan Bakahuni selalu mengalami congesti. Berjam-jam untuk masuk, berjam-jam untuk bisa keluar. Apa keracunan Viagra.

Jam 00 saya ada di Bakauheni terkepung dalam antrean kendaraan masuk menunggu giliran disebrangkan ke Merak. Karena sudah malam, saya buka jendela, angin laut yang semilir keras, dingin dan capek, sebentar saja saya tertidur. Dan malam itu kubermimpi.
Tapi kok seperti ada yang menyanyikan lagu itu.
"Semalam ku bermimpi, mimpi buruk sekali" - itu kata-kata yang memasuki mimpi saya.

Cuma kok suaranya sengau.

Lho kok Video klip NAIF (kalau kau mati ku juga mati) ada disini ?.

Disamping saya, kalau anda bilang jarak 10 cm sebagai samping, sedang berlenggak lenggok sesosok tubuh gemulai, mengenakan span kulit hitam dan berbaju putih. Ternyata bukan Mas Avi yang jadi modelnya NAIF melainkan Bencong Bakahuni eh BAKAUHENI

Terpaksa, kantong dirogoh untuk memberikan uang sekadarnya. Lawan banci, makin dibilang nggak ada, goyangnya makin ngegol MANG dan belum akan pergi sebelum diberi uang receh.

Setelah Naif jejadian tadi pergi, Saya berniat meneruskan tidur yang minus, sebab jadi supir tunggal dari Jakarta, Lampung, Muara Enim, Baturaja, Palembang yang memerlukan waktu lebih dari (8 jam Lampung-Muara Enim, 4 jam Muara Enim Palembang). Belum lagi tegangnya karena selain dihutan, katanya begalnya nekad-nekad.

Belum lama saya tertidur, NAIF jejaden datang lagi, OOM, ada tukar duit nggak ?, rupanya ada yang memberikan uang Rp. 5.000 sehingga perlu kembalian Rp. 4.500 - kali ini saya rada berang. Nggak ada! kata saya keras, maka banci tadi ngeloyor mengganggu penumpang lainnya, cari tukeran duit.

Singkat cerita kami masuk kapal jam 01.00 dan sampai di Merak jam 05.00, sekarang di Merak suasananya juga jammed. Ada 1 satu jam mobil nggak beringsut.

Lalu sekelompok anak muda menawari jalan alternatif dengan imbalan sedikit uang info. Kalau sudah jalur alternatif biasanya jalur pemerasan. Tapi kali ini saya coba juga. Untuk bikin dongeng ya mesti cari jalan yang nggak umum. Gitu.
Begitu masuk 5 meter, sekelompok pemuda menyetop, uang tunggu rel kereta api alasannya.

Sepuluh meter kemudian, uang jalan. Dan ketika mobil melintasi gunung gamping yang dibongkar sampai dasarnya, sekelompok pemuda menggelindingkan tong, menyetop kendaraan saya.

Saya turun dari mobil dan tanya apa maunya mereka.

Kali ini saya bilang, "ada apa ini ? saya sudah bayar 5 kali dalam 30 meter, kalian yang ke enam kalinya." Logika saya, kalau dengan kepala cepak orang keder, maka dengan modal kepala botak mestinya lebih mengerikan lagi garangnya (rencananya demikian).

"Nggak Oom, kalau nggak dikasih juga nggak apa-apa". [Tapi bagaimana dengan tong yang digelindingkan itu]. Ya akhirnya recehan lagi dikeluarkan untuk membuka Portal Tong tadi.
Damn You.... saya menyumpah, lho tadi katanya untuk cari berita. Kalau nanti jadi, jalan tanah dan batu yang saya lewati tadi adalah akses keluar dari pintu gerbang Merak langsung masuk ke Pelabuhan Merak. Jadi lebih dekat lagi kalau mau pulang ke Lampung. Cihuiii.

Dan memang jalan alternatif ini sekalipun sebagian besar tanah, lalu batu gunung, juga ada bagian (kecil) yang diaspal. Mestinya sebulan dua bulan sudah rampung itu.

Date: Thu Jul 12, 2001 11:41 pm

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung